Diklat DPN
DIKLAT KEPEMIMPINAN PENGURUS PELAKSANA TUGAS KEGIATAN (PPTK ) DPN DAN PENGAWAS TINGKAT PUSAT
YAYASAN HAJI SABIH GOENADJAYA DIKOESOEMAH
Bogor, 12- 14 Desember 2011
YAYASAN HAJI SABIH GOENADJAYA DIKOESOEMAH
Bogor, 12- 14 Desember 2011
Latar Belakang
Yayasan Haji Sabih Goenadjaya Dikoesoemah adalah sebuah Yayasan Sosial yang prinsip dasar kerjanya adalah pada pembinaan kelompok masyarakat yang menitik beratkan pada pendidikan, kesehatan dan kesejahteraan rakyat dan kelompok kemitraan sebagai salah satu solusi untuk menanggulangi kemiskinan dan ketidakmampuan. Perbedaan status social akan berdampak timbulah kefakiran yang meluas sehingga terjadi kefakiran ilmu dan kefakiran harta.
Yayasan Haji Sabih Goenadjaya Dikoesoemah adalah sebuah Yayasan Sosial yang prinsip dasar kerjanya adalah pada pembinaan kelompok masyarakat yang menitik beratkan pada pendidikan, kesehatan dan kesejahteraan rakyat dan kelompok kemitraan sebagai salah satu solusi untuk menanggulangi kemiskinan dan ketidakmampuan. Perbedaan status social akan berdampak timbulah kefakiran yang meluas sehingga terjadi kefakiran ilmu dan kefakiran harta.
Pembina selaku penanggung jawab YHSGD melakukan persiapan kerangka landasan operasional yayasan dengan mengangkat PengurusPPTK dari tingkat Provinsi , Kabupaten/Kota, Kecamatan , desa serta kelompok kelompok binaan sebagai motor pengerak dan dapat bekerja secara sinergi, professional, berdedikasi tinggi, disiplin, setia, jujur dan taqwa.
Tujuan dan Sasaran
Satu harapan kami dengan berjalanya Program Yayasan ini bisa membantu kaum muslimin dan muslimat khususnya dan sesama manusia umumnya sedikit demi sedikit mengikis baik kefakiran ilmu maupun kefakiran harta sehingag bisa menjadi manusia yang berguna bagi Dirinya, Keluarga, Lingkunganya, Agama, Bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Satu harapan kami dengan berjalanya Program Yayasan ini bisa membantu kaum muslimin dan muslimat khususnya dan sesama manusia umumnya sedikit demi sedikit mengikis baik kefakiran ilmu maupun kefakiran harta sehingag bisa menjadi manusia yang berguna bagi Dirinya, Keluarga, Lingkunganya, Agama, Bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Konsep Pelatihan
Rasional proses mengacu pada dasar teoritis dalam penyusunan rencana tindak lanjut secara prinsip merupakan rangkaian kegiatan pencarian tindakan yang tepat untuk memperbaiki kondisi masa depan sesuai ukuran nilai (value preferences) yang dikehendaki, dengan mempertimbangkan penggunaan optimal dari sumber daya yang ada.
Rasional proses mengacu pada dasar teoritis dalam penyusunan rencana tindak lanjut secara prinsip merupakan rangkaian kegiatan pencarian tindakan yang tepat untuk memperbaiki kondisi masa depan sesuai ukuran nilai (value preferences) yang dikehendaki, dengan mempertimbangkan penggunaan optimal dari sumber daya yang ada.
Perbedaan ciri khas tidak terlihat dari orientasi perencanaan yang bertujuan untuk memecahkan masalah yang dihadapi (problem solving oriented).
Masalah yang diangkat tentunya dibatasi dan dipilih mana yang
membutuhkan prioritas penanganan mendesak, dengan harapan
dampak-dampak positif yang ditimbulkannya mampu menjalarkan perbaikan
terhadap masalah-masalah lainnya.
Metode Pelatihan
Ada dua asumsi dasar yang menjadi acuan penentuan metode pelatihan ini yakni tujuan pembelajaran dan kelompok sasaran.
Ada dua asumsi dasar yang menjadi acuan penentuan metode pelatihan ini yakni tujuan pembelajaran dan kelompok sasaran.
Tujuan pembelajaran di sini terkait dengan hasil akhir (outcomes)
yang diharapkan dipunyai peserta setelah pelatihan usai.
Pelatihan dipandang sebagai kegiatan pembelajaran yang menekankan pada
terbentuknya sikap mental dan cara berpikir baru, serta
diikuti dengan kemampuan dan keterampilan untuk mensosialisasikan
program dalam realitas sehari-hari (vocational education).
Munculnya kemampuan berpikir dan bertindak sesuai dengan konteks realitas yang dihadapi menjadi ciri utama dari kegiatan ini. Pelatihan yang lebih menekankan pada penambahan wawasan dan sikap analitis-kritis peserta terhadap realitas sehari-hari. Pola berpikirnya berorientasi pada sintesis antara teori dan praktik sebagai dasar untuk merekonstruksi gagasan dan pemahaman yang telah ada sebelumnya.
Kemudian kelompok sasarannya adalah PPTK Dewan Pengurus Nasional dan Pengawas YHSGD, yang dalam hal ini berasal dari beberapa daerah di Indonesia. Gaya belajar yang tepat diberikan kepada mereka ialah pembelajaran untuk orang dewasa (adult learning). Esensi dari gaya ini adalah peserta dianggap sudah memiliki sejumlah pengetahuan, ketrampilan, keahlian dan pengalaman tertentu meskipun dalam tingkatan pencapaian yang bervariasi, sehingga pola pelatihan yang akan dibangun lebih mengedepankan diskusi dan interaksi aktif dua arah. Hal ini menjadi modal awal yang sangat menguntungkan untuk mengarahkan dan menjaga pencapaian tujuan dan sasaran pelatihan. Peserta dengan sendirinya akan cepat memberikan tanggapan dan pendapat terhadap suatu materi atau kasus yang dibahas. Oleh karena itu, untuk menghidupkan suasana dan mempercepat pemahaman peserta maka dalam pelatihan perlu ditekankan pemberian contoh-contoh kasus (best and worst practices), praktik aplikasi metode melalui ice-breaking dan games. Adapun paparan teori, konsep maupun norma diberikan dalam porsi relatif sedang dan menghadirkan narasumber yang berkompeten.
Munculnya kemampuan berpikir dan bertindak sesuai dengan konteks realitas yang dihadapi menjadi ciri utama dari kegiatan ini. Pelatihan yang lebih menekankan pada penambahan wawasan dan sikap analitis-kritis peserta terhadap realitas sehari-hari. Pola berpikirnya berorientasi pada sintesis antara teori dan praktik sebagai dasar untuk merekonstruksi gagasan dan pemahaman yang telah ada sebelumnya.
Kemudian kelompok sasarannya adalah PPTK Dewan Pengurus Nasional dan Pengawas YHSGD, yang dalam hal ini berasal dari beberapa daerah di Indonesia. Gaya belajar yang tepat diberikan kepada mereka ialah pembelajaran untuk orang dewasa (adult learning). Esensi dari gaya ini adalah peserta dianggap sudah memiliki sejumlah pengetahuan, ketrampilan, keahlian dan pengalaman tertentu meskipun dalam tingkatan pencapaian yang bervariasi, sehingga pola pelatihan yang akan dibangun lebih mengedepankan diskusi dan interaksi aktif dua arah. Hal ini menjadi modal awal yang sangat menguntungkan untuk mengarahkan dan menjaga pencapaian tujuan dan sasaran pelatihan. Peserta dengan sendirinya akan cepat memberikan tanggapan dan pendapat terhadap suatu materi atau kasus yang dibahas. Oleh karena itu, untuk menghidupkan suasana dan mempercepat pemahaman peserta maka dalam pelatihan perlu ditekankan pemberian contoh-contoh kasus (best and worst practices), praktik aplikasi metode melalui ice-breaking dan games. Adapun paparan teori, konsep maupun norma diberikan dalam porsi relatif sedang dan menghadirkan narasumber yang berkompeten.
Bentuk metode pelatihannya secara rinci dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Ice-breaking dan games.
2. Curah pendapat (brainstorming).
3. Paparan/presentasi dari narasumber/fasilitator.
4. Diskusi dan tanya jawab.
5. Penilaian dan evaluasi diri.
1. Ice-breaking dan games.
2. Curah pendapat (brainstorming).
3. Paparan/presentasi dari narasumber/fasilitator.
4. Diskusi dan tanya jawab.
5. Penilaian dan evaluasi diri.
Jadwal Pelatihan
Waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan seluruh sesi pelatihan adalah 3(tiga) hari. Alokasi waktunya terdiri dari (25%) untuk sesi latihan Kepemimpinan . (10%) Bimbingan Mental dan Porsi terbesar (65%) dialokasikan untuk paparan pengantar dari narasumber/fasilitator tentang penjelasan dan pemahaman AD/ART , JUKLAK, JUKNIS setiap program YHSGD, serta TUPOKSI & SOP tiap persononil dalam struktur organisasi DPN dalam praktik penyusunan rencana tindak lanjut dan pedoman monitoring dan evaluasi.
Waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan seluruh sesi pelatihan adalah 3(tiga) hari. Alokasi waktunya terdiri dari (25%) untuk sesi latihan Kepemimpinan . (10%) Bimbingan Mental dan Porsi terbesar (65%) dialokasikan untuk paparan pengantar dari narasumber/fasilitator tentang penjelasan dan pemahaman AD/ART , JUKLAK, JUKNIS setiap program YHSGD, serta TUPOKSI & SOP tiap persononil dalam struktur organisasi DPN dalam praktik penyusunan rencana tindak lanjut dan pedoman monitoring dan evaluasi.
Tabel 1. Susunan Acara DIKLAT di Tingkat Pusat (Peserta PPTK DPN)
No |
Hari/Tanggal
|
Deskripsi
|
Durasi
|
Petugas
|
1
|
Senin/ 12. Des 2011
|
Check in di Gunung salak
|
07.00-09.00
|
Panitia
Peserta |
2
|
Pembukaan dan Latsarpin
|
09.00 – 12.00
|
Pembina dan
Tim LDK |
|
3
|
ISHOMA
|
12.00 – 13.00
|
||
4
|
Visi dan Misi, Kebijakan, Program, dan Sasaran YHSGD
|
13.00 – 14.30
|
Pembina
|
|
5
|
Topuksi Pengurus/PPTK DPN dan hubungan kerja antar pengurus
|
14.30 – 16.00
|
Staff Ahli
|
|
6
|
ISHOMA
|
16.00 – 16.30
|
||
7
|
Tujuan Dan Strategi Program Penkesra Organisasi Pelaksanaan
|
16.30 – 18.00
|
Staff Ahli
|
|
8
|
ISHOMA
|
18.00 – 19.30
|
||
9
|
Tujuan Dan Strategi Program Kemitraan Organisasi Pelaksanaan
|
19.30 – 21.00
|
Staff Ahli
|
|
10
|
BINTAL
|
21.00 - selesai
|
Tim Dakwah
|
|
1
|
Selasa/ 13. Des 2011
|
Pembagian kelompok:
Kelas A (PENKESRA) Kelas B (KEMITRAAN) Kelas C (KESEKRETARIATAN DAN KEUANGAN) |
07.30 – 21.00
|
Staff Ahli
|
2
|
Hiburan dan
RENUNGAN MALAM |
22.00 – 01.00
|
Tim Hiburan
PEMBINA |
|
1
|
Rabu/ 14.Des 2011
|
BINTAL
|
06.00 – 07.00
|
Tim Dakwah
|
2
|
Lanjutan Penjelasan Kelas secara keseluruhan
|
07.30 – 11.30
|
Staff Ahli
|
|
3
|
Foto Barsama sejajaran Pengurus Pelaksana
|
11.30 – 12.00
|
Panitia
|
|
4
|
Istirahat, Sholat
|
12.30 – 13.00
|
||
5
|
Pengawasan
|
13.00 – 14.00
|
Pembina
|
|
6
|
Outbond
|
14.00 – 16.00
|
||
7
|
Penutupan, Upacara Pelantikan PPTK dan Pengawas DPN YHSGD
|
16.00 – 17.00
|
Pembina
|
|
8
|
Persiapan Pulang
|
17.00 – 18.00
|
Peserta
|